[ad_1]
SUMEKS.CO- Pusat Studi Pesantren dan Pendidikan (Pusppa) resmi diluncurkan. Lembaga ini diharapkan mendorong virtualisasi pesantren, sehingga pesantren bisa mendunia sebagai penjaga moral bangsa dan dunia.
Peneliti Pesantren Online, Dept. of Cultural Studies, Tilburg School of Humanities and Digital Science, the Netherland, Wahyu Ilaihi mengatakan, peluncuran Pusppa dihadiri ratusan peserta dari berbagai latar belakang pendidikan dan pesantren di Indonesia yang tersebar di berbagai negara.
“Pesantren virtual memang butuh perjuangan dan tantangan karena keterbatasan akses internet, wilayah, maupun fasilitas,” kata Wahyu, di Jakarta, Senin (2/11).
Menurut Wahyu, pengelolaan masjid juga bisa menjadi model pengembangan dari virtualisasi pesantren yang diharapkan mampu beradaptasi dengan digital.
“Masjid di Indonesia masih bagus dalam penataan fisik tetapi belum dari segi pengelolaan virtual,” ujarnya.
Perwakilan Kementerian Agama (Kemenag) Waryono Abdul Ghofur menyatakan, bahwa peluncuran Pusppa yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW itu bisa menjadi penanda, bahwa pusat studi ini kehadirannya ditunggu oleh masyarakat dan dunia.
Sementara itu, Ketua Pusppa, Said Hasan Basri berharap pusat studi ini bisa memberi manfaat luas bagi dunia dengan terus melakukan kajian, penelitian, dan pengembangan untuk menstimulasi pesantren agar semakin berkembang dan mendunia.
“Sistem Informasi dan Manajemen Pesantren perlu segera ditingkatkan, karena perkembangan teknologi dan peradaban sangat cepat bergerak,” kata Said.
Setelah peluncuran, kata Said, Pusppa akan melakukan langkah, peta kerja, dan program yang bersinergi dengan pemerintah, khususnya Kemenag. Misalnya, Pusppa akan bersinergi dengan Kemenag memaksimalkan Balai Latihan Kerja yang ada di beberapa pesantren.
“PUSPPA harus terus bersinergi dan mendampingi agar pesantren berkembang dan menjadi primadona, sehingga menjadi center of excelent (pusat keunggulan) dan penjaga moral bangsa dan dunia,” ujarnya.
Said menjelaskan, bahwa Pesantren merupakan salah satu wadah membangun dan mengembangkan ide Islam dengan segala wacana inklusifitasnya. Menurutnya, virtualisasi merupakan jawaban akan perlunya pengembangan sistem pendidikan ala pesantren di era digital dan informasi global saat ini.
“Sehingga konsep ala pesantren juga bisa ikut meramaikan percaturan global dengan warna dan misi yang tidak berubah dari pondok pesantren konvensional yang ada selama ini,” pungkasnya. (der/fin)
[ad_2]
Sumber https://sumeks.co/