Payakumbuh, Kliksumatra.com — Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami kelangkaan di Sumatera Barat, khususnya BBM jenis Pertalite dan Solar. Pertalite terpantau sulit didapatkan di sejumlah daerah di Sumbar.
Dari pantauan wartawan Kliksumatra.com di lapangan, Pertalite sulit didapat di jalur strategis jalan lintas Payakumbuh-Padang. Di beberapa SPBU di Limapuluh Kota, Payakumbuh, Bukittinggi, Padang Panjang terpantau hanya jam-jam tertentu pertalite tersedia.
Di Kota Payakumbuh, biasanya pertalite hanya bisa didapat pada siang berkisar pada tengah hari. Sementara pada pagi hari dan malam hari biasanya habis atau antrian yang sangat panjang.
“Seolah kita dipaksa untuk beli Pertamax, tapi kadang Pertamax sendiri juga susah. Padahal harga BBM kan sudah naik ya. Malah lebih gampang dapat pertalite dulu sebelum naik daripada sekarang, sudahlah harga naik sulit pula didapat,” ujar Junaidi, warga Payakumbuh, Rabu (31/5).
Ia mengatakan kelangkaan ini terjadi sejak kenaikan harga BBM, namun kelangkaan itu memang sangat terasa di Sumbar. Sedangkan ketika ia di Pekanbaru kelangkaan pertalite tidak begitu terjadi.
Dari pantauan SPBU Parit Rantang, SPBU Koto nan IV, SPBU Sawah Padang dan SPBU Ngalau terpantau habisnya Pertalite selalu bersamaaan.
Begitu juga dengan di Bukittinggi dan Padang Panjang. SPBU di sepanjang jalan lintas itu kerap habis dan hanya sebentar saja tersedia.
Menanggapi hal itu, Ketua Bidang Investigasi, DPW Corruption Investigation Commitee (CIC), Syafri Ario membenarkan dirinya juga merasakan hal yang sama.
“Kita tidak tau persis apa yang sebenarnya terjadi, apakah memang kuotanya terbatas atau ada distribusi dan penjualan Pertalite secara illegal. Dugaan kita kesitu, mungkin dijual dalam jumlah banyak ke pengecer,” ujar Syafri Ario.
Syafri Ario meminta kepada Aparat Penegak Hukum (APH) dan Pertamina untuk turun tangan menindak SPBU nakal dan masyarakat yang menyalahgunakan penjualan BBM bersubsidi.
“Kita berharap jika memang langka karna kuota, harusnya Pertamina bisa menambah lagi kuota karna kondisi seperti ini mengganggu mobilisasi dan aktivitas sehari-hari masyarakat,” ujar Syafri Ario yang juga Bamus Nagari Andaleh tersebut. (Tim)