Bentuk Pengembangan Filsafat Ilmu dalam Konteks Keilmuan
(ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGI , ASIOLOGI)


Oleh : ANDIKA SAPUTRA , NUNU BURHANUDDIN

Perkembangan kehidupan sejatinya akan terus berlanjut selama manusia masih ada untuk terus memunculkan pemikiran-pemikiran terbaru. Manusia lahir dengan fitrah yang dimilikinya. Selama proses perkembangan dari lahir sampai dewasa, manusia mengalami proses pembelajaran untuk memperoleh suatu pengetahuan.

Setiap manusia berpikir dan berhasrat memperoleh pengetahuan yang sempurna, yang dapat dijangkau dengan pengamatan yang cermat, pemeriksaan yang teliti, penalaran yang luas, dengan berpikir yang sedalam-dalamnya, tentang kenyataan yang sebenarbenarnya. Maka dari itu, hadirnya filsafat ilmu di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan manusia.

Filsafat ilmu adalah bagaian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Secara sederhana filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Filsafat ilmu juga dipahami sebagai pemikiran reflektif terhadap persoalan- persoalan mengenai sifat dasar landasan- landasan ilmu yang mencakup konsep-konsep pangkal, anggapan-anggapan dasar, asas-asas permulaan, struktur-struktur teoritis, dan ukuran- ukuran kebenaran ilmu.

Bentuk pengembangan filsafat ilmu dalam konteks keimuan di diantaranya, yang pertama pendekatan Ontologis, secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya adalah “Ontos” dan “Logos”. Ontos adalah “yang ada” sedangkan Logos adalah “ilmu”. Sederhananya, ontologi merupakan ilmu yang berbicara tentang yang ada. Secara istilah, ontologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan yang meliputi keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.

Ontologi ini perlu bagi setiap manusia yang ingin mempelajari secara menyeluruh tentang alam semesta ini dan berguna bagi bidang studi ilmu empiris seperti fisika, sosiologi, antropologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, ilmu teknik dan lainnya). Ontologi merupakan hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek pengetahuan. Ontologi merupakan spesifikasi dari sebuah konseptual, dengan kata lain ontologi merupakan penjelasan dari suatu konsep dan keterhubungannya dari ilmu tersebut.

Yang kedua pendekatan Epistemologi, Epistemologi menganggap bahwa setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya dapat diketahui manusia. Dengan demikian, jelaslah bahwa epistemologi ini membahas tentang sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan dari kebenarannya. Secara operasional dan eksplisit, konsep epistemology dikaji dalam penerapan metode ilmiah, metode ilmiah secara metodologis mencakup tindak pikiran, pola, teknis, dan tahapan sebagai dasar pengembangan pengetahuan yang telah ada sebelumnya ataupun perolehan pengetahuan yang baru.

Adapun prosedur untuk perolehan dan pengembangan tersebut, metode ilmiah, yaitu: penyusunan hasil pengetahuan mencakup kerangka pikiran logis dengan argument konsisten, deduksi dari kerangka pemikiran diuraikan berdasarkan hipotesis, pernyataan dari hipotesis diverifikasi, lalu diuji kebenarannya secara factual.

ketiga pendekatan Asiologi, Salah satu cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya disebut aksiologi. Aksiologi mencoba untuk mencapai hakikat dan manfaat yang ada dalam suatu pengetahuan. Diketahui bahwa salah satu manfaat dari ilmu pengetahuan yaitu untuk memberikan kemaslahatan dan kemudahan bagi kehidupan manusia.

Hal ini yang menjadikan aksiologis memilih peran sangat penting dalam suatu proses pengembangan ilmu pengetahuan karena ketika suatu cabang ilmu tidak memiliki nilai aksiologis akan lebih cenderung mendatangkan kemudharatan bagi kehidupan manusia bahkan tidak menutup kemungkinan juga ilmu yang bersangkutan dapat mengancam kehidupan sosial dan keseimbangan alam.

Dalam perkembangan filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik,bahkan sampai pada demensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau manfaat ilmu, tetapi juga makna bagi kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *