Perjalanan ustad Yusuf Supendi pendiri partai PKS yang Hengkang dari PKS.

Payakumbuh, Kliksumatra.com – Pada  tahun 1979, Yusuf Supendi meneruskan sekolahnya di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh, Arab Saudi. Sepulang dari Arab Saudi, Yusuf Supendi bersama teman-temannya mendirikan gerakan tarbiyah yang kelak menjadi cikal bakal dari Partai Keadilan. Yusuf Supendipun bergelut untuk berdakwah.

Yusuf Supendi mengawali karir politiknya dengan turut serta mendirikan dan menjadi deklarator Partai Keadilan pada 20 Juli 1998. Partai yang mendeklarasikan dirinya sebagai Partai Dakwah.

Partai tersebut gagal memenuhi ambang batas parlemen dua persen, namun mengantarkan Ketua Umumnnya waktu itu Nur Mahmudi Ismail menjadi Menteri Kehutanan di Kabinet Persatuan Nasional di bawah pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid

Pada 2003, untuk mengikuti pemilu 2004, sesuai aturan Partai Keadilan harus berganti nama. Partai Keadilan Sejahtera dipilih sebagai nama baru PK untuk ikut pemilu 2004.

Dalam pemilu tersebut, pria yang menamatkan pendidikannya di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh, terpilih menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dari daerah pemilihan IV Kabupaten/Kota Bogor

Pada 2009 ia terlibat konflik internal dalam tubuh PKS. Akibat konflik tersebut, ia diberhentikan dari PKS pada 2010, yang kala itu menjabat Wakil Ketua Dewan Syariah PKS. Ia sendiri pernah menjabat Wakil Ketua dan anggota Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera periode 2000-2010

Yusuf sempat menggugat PKS atas pemecatan itu, namun gugatan Yusuf ditolak oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2012.

Yusuf kemudian berlabuh ke Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada 2013 yang waktu itu dipimpin oleh Wiranto, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan di Kabinet Kerja. Namun di Hanura, Yusuf gagal melaju ke parlemen.

Yusuf secara mengejutkan, pada 2018 bergabung dengan PDIP. “Terkait pilihan politik, itu merupakan ‘ijtihad’ saya setelah berkonsultasi dengan semua pihak termasuk ibunda. Saya telah menjadi kader PDIP sejak 9 Juli 2018 setelah mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA),” kata Yusuf saat bergabung dengan partai berlambang banteng tersebut.

Yusuf dalam kesempatan itupun berniat akan berjuang mengubah persepsi yang keliru bahwa PDIP sebagai partai anti-Islam.

“Saya amati di lapangan dan membaca laporan riset yang berwibawa misalnya dari Saiful Mujani bahwa pemilih PDIP itu 70 persen kaum santri, muslimin yang taat beragama, maka tepat jika saya bergabung dengan partai ini,” kata Yusuf,- CG (di kutip dari media pikiran Rakyat.com.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *