Payakumbuh, kliksumatra.com – Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Payakumbuh menggelar Seminar Adat dengan tema : “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah sebagai pedoman ketahanan keluarga di minangkabau” di Aula ngalau indah lantai 3 Kantor Balai Kota Payakumbuh, Senin(4/11).
Acara seminar ini dibuka secara langsung oleh Walikota payakumbuh dalam hal ini diwakili oleh Asisten I Setdako Yoherman.
Dalam sambutannya Yoherman mengatakan Minangkabau merupakan suku bangsa yang memiliki wilayah yang luas, karena memiliki wilayah yang luas itu tentulah mempunyai peraturan untuk mengatur kehidupan bermasyarakatnya. Seperti dalam pepatah “ Adat Basandi Syara’ , Syara’ Basandi Kitabullah “. Namun tatanan norma itu sudah tidak menjadi tolak ukur lagi bagi masyarakat Minang dalam kehidupan sehari-hari khususnya remaja. Untuk itu dibutuhkan peran keluarga yg kuat khususnya orang tua serta mamak yang dapat mempertahankan adat dalam keluarga.
Selanjutnya Yoherman mengatakan sangat mengapresiasi acara seminar ini dan sangat perlu terus menerus dilakukan agar budaya minangkabau tidak habis dikikis zaman yang serba canggih saat ini.
“Kita sangat mendukung kegiatan yang ibuk-ibuk lakukan ini, semoga kedepannya bisa menjadi agenda rutin yang diadakan oleh GOW,” ujarnya.
Hadir dalam acara seminar tersebut Ketua GOW Kota Payakumbuh Maghdalena Erwin Yunaz, Penasehat Organisasi Wanita Henny Riza Falepi, Narasumber Prof. Putri Reno Raudhah Thaib, Serta 150 orang ibu-ibu Gabungan Organisasi Wanita yang ada di Kota Payakumbuh.
Dalam sambutannya Penasehat Organisasi Wanita Henny Riza Falepi mengatakan bicara budaya minangkabau tidak akan lepas dari berbagai macam falsafah adatnya yang kaya akan makna dan filosofi kehidupan masyarakatnya yang sangat memegang teguh adat.
Katanya, berbagai macam filosofi atau ungkapan ungkapan adat yang memberikan contoh untuk bertindak bagi masyarakat khususnya keluarga di minangkabau, diantaranya ialah ungkapan adat “Tau di kato nan Ampek” tahu dengan kata yang empat, kato mandaki, kato manurun, kato mandata, kato malereng yang merupakan sebuah ungkapan pendidikan bagaimana cara berbicara dan bersikap kepada orang yang lebih tua.
“Untuk itu Marilah kita bersama menanamkan nilai-nilai adat minangkabau kepada anak kemenakan kita seperti dalam filsafah minang Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah agar adat kita orang minangkab au tidak terkikis dan hilang oleh perkembangan zaman,” pungkas Henny.
Sebagai Narasumber Prof. Putri Reno Raudhah Thaib menjelaskan Falsafah budaya adat Minangkabau sangat kuat manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari khususya sebagai pedoman untuk ketahanan keluarga. Falsafah yang sangat terkenal dan sudah sering didengar publik “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” yang artinya adat bersendi kepada agama, agama bersendi pada Al qur’an. dari falsafah tersebut agama yang dimaksud adalah agama Islam dan al qur’an merupakan hukum tertinggi yang mengatur dalam ajaran adat Minangkabau. Dari makna yang ada tergambar bahwasanya adat dan agama saling bergandeng dan saling sejalan.
Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dalam hal ini yang paling sering menjadi sorotan dan kajian dalam kehidupan masyarakat Minangkabau yaitu kawin sapasukuan, pembagian harta warisan, dan garis keturunan menurut garis ibu, serta pedoman untuk menjalani kehidupan dalam keluarga.
“Untuk itu kita sebagai orang minang a yang memegang teguh adat kita, tetaplah berpegang teguh kepada adat, karena dengan adanya adat, kita dapat menyelesaikan permasalahan apapun dengan cara kekeluargaan yang kuat,” ujarnya.
Putri menambahkan Permasalahan yang sering terjadi di kehidupan kita yaitu adalah pedoman hidup dalam berkeluarga. Zaman sekarang ini sudah jarang sekali kita melihat penyelesaian permasalahan menggunakan adat yang telah dahulu dilakukan oleh para niniak mamak tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya Adat, agama Islam dan al’quran itu sudah sesuai dengan falsafah yang dipegang, namun terkadang kurangnya pemahaman masyarakat Minangkabau tentang sistim Matrilineal menyebabkan terjadinya kesenjangan sehingga ada anggapan orang Minangkabau tidak selaras lagi dengan falsafah yang dianut yaitu Adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah.
Sebagai narasumber Putri berharap dengan adanya seminar adat ini kita bisa kembali memegang teguh nilai-nilai adat minangkabau untuk dijadikan pedoman dalam ketahanan keluarga di era globalisasi ini.
Acara seminar adat ini diakhiri dengan pembagian hadiah dan makan bersama seluruh anggota GOW se Kota Payakumbuh. (Al)